Artikel Pabrik Gula Madukismo

PT. Madubaru yang berlokasi didaerah kabupaten Bantul Provinsi DIY mempunyai usaha pokok pabrik gula dan pabrik alkohol spritus madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan agro industri yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif mengahadapi persaingan bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.
Dengan menggunakan strategi bisnis overall cost leadership pada usaha pokok dan strategi bisnis differensiasi pada diversifikasi usaha maka PT. Madubaru siap menghadapi persaingan di era globalisasi. PT. Madubaru dengan kepemilikan saham 65% sri sultan hamengkubuwono IX (keraton ngayogyakarta hadiningrat ) dan 35% pt rajawali nusantara indonesia (pt rni),serta pelaksanaan konsep good corporate governance (gcg) secara konsisten akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat petanii tebu dan insvestor yang menanamkan modalnya.
A. SEJARAH SINGKAT
PG-PS Madukismo adalah satu-satunya pabrik gula dan pabrik alkohol atau spritus di Provinsi DIY.
Dibangun : 1955
Atas prakarsa : Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Diresmikan : 29 Mei 1958 oleh Presiden Ir. Soekarno
Mulai produksi : pabrik gula tahun 1958
Pabrik spritus : 1959
Kontraktor utama : Machine Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur
Status perusahaan : Perseroan terbatas, didirikan 14 juni 1955.
Diberi nama : Pabrik-Pabrik Gula Madubaru PT. (P2G. Madubaru PT), Memiliki 2 pabrik : Pabrik Gula (PG) Madukismo, Pabrik Alkohol atau Pabrik Spiritus (PS) Madukismo
Pemilik saham : Awal berdiri 75% milik Sri Sultan Hamengkubuwana IX, 25% milik pemerintah RI. Saat ini dirubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X, 35% milik pemerintah RI.
Kronologis status perusahaan dan perubahan manajemen.
1955 -1962 : perusahaan swasta PT.
1962-1966 : bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi pemerintah RI yang mengambil alih semua perusahaan di Indonesia.
1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan swasta.
1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur.
4 maret 1984-24 Februari 2004: diadakan kontrak management dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
24 Februari 2004 : PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri
B. PRODUKSI
Produksi Utama ( dari PG. Madukismo )
Gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).
Produksi Samping ( dari PS. Madukismo )
- Alkohol murni ( kadar minimal 95% )
- Spiritus bakar ( kadar 94% )
Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia.
C. PANENAN ( PASCA PANEN )
Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai tebu diangkat dari kebun dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG ( Forum Musyawarah Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang, sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori.

D. PROSES PENGOLAHAN DI PG MADUKISMO
Pemerahan Nira ( Extraction )
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran “36x 64”.
Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.
Pemurnian nira
Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan 70º-75º c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100º-105ºc. Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.
Penguapan nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.
Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).
Puteran gula ( Centripuge )
Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya sentrifugal.
Penyelesaian dan Gudang Gula
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.
Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega Listrik
Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark @ 6 ton/jam masing-masing 440 m² VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1 buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik.
Sebagai bahan bakar di pakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya ditambah dengan BBM.
Kualitas Produksi Gula
Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA.

E. ANALISI GULA
Analisa PG. Madukismo Standard P3GI
Nilai remisi direduksi 70,20 70,00
Besar jenis butir (mm) 1,05 0,9-1,10
Kadar air (%) 0,08 0,10
Polarisasi 99,96 99,80
F. PROSES PENGOLAHAN TEBU ( GAMBAR )
Pengangkutan Hasil Panen Tebu
Tebu Masuk ke Pabrik dan Diangkut dengang Lori
Tebu Masuk ke Penggilingan ( 5x giling )
Air Tebu Masuk ke Bak Penampungan
Ampas Tebu yang Akan Digunakan Sebagai Bahan Bakar
Tempat Pemanas Nira
Proses Kristalisasi
Gula yang Sudah Mengkristal
Pengemasan
Gudang Penyimpanan Gula yang Akan Didistribusikan
G. PROSES PENGOLAHAN DI PABRIK ALKOHOL/SPIRITUS
Didirikan bersama-sama PG. Madukismo pada tahun 1955 dengan kontraktor dari jerman timur dan mulai berproduksi 1959 (1 tahun setelah PG. berproduksi). Bahan bakunya tetes tebu (Molasses), yang merupakan hasil samping dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah peragian (Fermentasi) dan ragi yang dipakai Sacharomyces Cereviceae. Enzim yang dihasilkan oleh ragi ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi alkohol dan gas CO2.
Reaksi Kimia
Saccarosa dihidrolisa menjadi glukosa
C12H22O11 + H2O→2C6H12O6
Glukosa bereaksi menjadi alkohol+gas CO2
C6H12O6→2C2 H5 OH+ 2CO2→alkohol
Alkohol dibedakan atas dasar kualitas:
Proses Produksi terdiri dari 3 tahap:
Alkohol teknis : yang masih mengandung aldehide,kadar ± 94℅ digunakan untuk membuat spiritus bakar.
Alkohol murni: inimal kadar 95℅ bisa dipakai pada industry farmasi, kosmetik dan lain-lain.
Hasil samping: minyak fusel ( amlaamyl alcohol )
Pemakaian tetes: rata-rata 1 hari 900 kwt
Produksi rata-rata 25.000 l alcohol/24 jam, terdiri dari (90℅ alcohol murni, 10℅alk0hol teknis).
Rendemen :27,0℅ l alcohol/kwt tetes
a. Masakan
Tetes diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber pospor dipakai pupuk NPK, PH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain.
b. Peragian
Peragian dilaksanakan mulai volume3.010,18000 liter dan 75000 liter, waktu peragian utama berkisar 50-60jam dan kadar alcohol disampai antara 9℅ sampai 10℅.
c. Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan , dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom dan penyulingan dilakukan dengan mengunakan tenega uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 120ºC.
1. Kolom Maische
Alcohol kasar kadar ± 45℅→masuk kolom vorloop
Hasil bawah: vinase dibuang
2. Kolom Voorloop
Hasil atas: alkohol teknis kadar: 94℅ masih mengandung aldehide, ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah: alkohol muda kadar ± 25℅→masuk kekolom rektifiser
3. Kolom Rektifiser
Hasil atas: alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95℅ ditampung sebagai hasil.
Hasil tengah: alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk kolom nachloop.
Hasil bawah: lutter waser, air yang bebas alcohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom voorloop sebagai bahan penyerap alcohol dan sebagian dibuang.
4. Kolom Nachloop
Hasil atas: alkohol teknis kadar 94℅ ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah: air yang bebas alkohol, dibuang .
Minyak fusel (Amyl Alkohol) merupakan hasil samping pabrik sepiritus, ini biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan Essence (Amylacetat).
H. LIMBAH INDUSTRI
PG. / PS. Madukismo telah menyusun dokumen amdalnya dan telah mendapat persetujuan dari pembinanya, sebagai berikut :
PG. Madukismo : KA-SEL, SEL, RKL dan RPL.
Disetujui oleh : departemen pertanian RI.
PS. Madukismo : PEL, RKL dan RPL.
Disetujui oleh departemen perindustrian RI
Jenis limbah industry yang timbul dan cara pengolahannya

1. Limbah Padat
a) Pasir atau Lumpur
Kotoran yang terbawa nira mentah, dipisahkan dgn dorrchone, dimanfaatkan untuk uruk lahan atas permintaan masyarakat
b) Abu Ketel Uap
Sisa pembakaran di stasiun ketel uap, ditampung dengAn lori jading dan dimanfaatkan juga untuk uruk lahan yang memerlukan. Sekarang untuk bahan baku pupuk “Mix Madros “.
c) Debu/Langes dari Ketel Uap
Debu /langes yang terbawa keluar lewat cerobong asa, ditangkap dengan alat penangkap debu (Dust Collector) dan ditampung dalam lori jading.
d) Blothong
Endapan kotoran dari nira tebu yang terjadi di stasiun pemurnian nira dipisahkan dengan alat rotary vacuum filter, dimanfaatkan untuk pupuk tanaman lain, bisa juga dimanfaatkan untuk bahan lain. Jumlahnya cukup banyak, sekitar 100 ton/hari. Sekarang untuk bahan baku pupuk “Mix Madros”.
2. Limbah Cair
a) Bocoran Minnyak Pelumas
Berasal dari pelumas mesin-mesin di stasiun gilingan dan pelumas yang terbawa pada air cucian kendaraan garasi pabrik. Bocoran minyak pelumas ini dipisahkan dalam air limbah di dalam penangkap minyak, kemudian ditampung dalam drum-drum untuk di manfaatkan lagi.
b) Vinasse (Slop)
Berasal dari sistem penyulingan alkohol, di stasiun sulingan PS. Madukismo, jumlahnya cukup besar, sebelum sekitar 20 m³/jam, suhu: 90º pH 4-5, warnanya coklat hitam. Sebelum dibuang ke sungai, diolah terlebih dahulu di unit pengolahan limbah cair (UPLC) yang ada, dengan menggunakan sistem/cara biologis. Operasionalnya masih perlu disempurnakan lagi secara bertahap, agar hasilnya memenuhi baku mutu limbah cair dari pabrik gula. Dan limbah pabrik spiritus banyak dimanfaatkan untuk air irigasi oleh pertanian di sekitar pabrik, karena mengandung unsur N, P, dan K yang diperlukan untuk pupuk.
c) Limbah Soda
Berasal dari cucian pan-pan penguapan di pabrik gula yang kandungan COD dan BODnya cukup tinggi. Jumlahnya relative sedikit, pengolahannya diikutkan di UPLC yang ada.
3. Gangguan Lingkungan Yang Lain
a) Suara Bising
Berasal dari bocoran uap yang berlebih di stasiun ketel uap, untuk meredam suara tersebut, saat ini sudah dilengkapi dengan silencer (alat peredam suara) di setiap ketel uap.
b) Limbah Gas
Bau belerang dan bau busuk yang lain, ditanggulangi pada alat-alat yang terkait (Inhouse Keeping).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar