Motto

SMK DIRGAHAYU (Maju Berprestasi,Beriman dan Bermasa Depan Bersama Dirgahayu

Selasa, 05 November 2013

SHODAQOH MEMBAWA BERKAH

Shodaqoh membawa Berkah Shodaqoh membawa berkah Salah satu amal shalih yang sangat dianjurkan sebagai ibadah utama di bulan Ramadhan ialah bersedekah. Tapi tentu saja, sebagaimana berakhlaq mulia, bersedekah juga semestinya tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan, melainkan selamanya. Sedekah merupakan bagian dari upaya tadzkiyyatun nafs, membersihkan pribadi, baik lahir maupun batin. Jika hati bersih, rahmat Allah SWT mudah menghampiri. Sebab, Allah itu suci, hanya berdekatan dengan yang serba suci. Dalam Al-Quran, sedekah disebutkan sebagai salah satu ibadah yang utama. Bahkan dalam kitab suci itu kalimat perintah Allah untuk bersedekah menggunakan huruf waw ‘athaf, yang biasa digunakan sebagai kata-kata sumpah. Misalnya, Wallahi, demi Allah. Dengan demikian, sedekah merupakan perintah yang sangat mengikat dan sangat penting. Begitu pentingnya sedekah, sehingga dalam Al-Quran terdapat banyak perintah mengenai amalan utama itu. Misalnya dalam surah Ibrahim ayat 31, “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi maupun terang-terangan, sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual-beli dan persahabatan.” Konsep sedekah sesungguhnya tidak semata-mata berkaitan dengan pemberian materi. Sebab, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Maka, sedekah sesungguhnya identik dengan amal kebajikan. Bahkan, sabda Rasulullah SAW lagi, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” Mengapa sedekah sangat dianjurkan? Barangkali karena sifat alamiah manusia yang memang sangat sulit berbagi, apalagi menjadi dermawan. Lho, mengapa enggan memberi? Karena sebagian orang berpikir bahwa, dengan memberi, harta miliknya akan berkurang. Atau, barangkali mereka berpikir, jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiri saja masih kurang. Itu sebabnya banyak orang berpikir, sebaiknya menunggu sampai harta cukup dulu, baru kemudian bersedekah. Padahal, dalam praktek, harta yang dikumpulkan itu malah tidak pernah cukup, selalu saja kurang, sehingga sedekah pun tertunda. Dalam masyarakat, banyak kita jumpai orang yang hidupnya telah mapan, bahkan kaya raya, tapi tetap saja kikir, pelit, bakhil. Bahkan semakin kaya semakin bakhil, sehingga semakin hari semakin merasa kurang saja. Karena merasa selalu kekurangan, ia pun enggan bersedekah. Padahal, menurut Al-Quran, kalau kita ingin dicukupkan rezeki oleh Allah SWT, haruslah bersedia berbagi. EMPAT KEUTAMAAN Sedemikian penting dan utamanya bersedekah, sehingga kita dianjurkan menunaikannya sebagai inisiatif, bukan atas permintaan. Sangat utama ditunaikan di depan, bukan setelah ada sisa dari suatu harta. Juga jangan diberikan setelah melaksanakan suatu perbuatan, karena hal itu bukan sedekah, melainkan syukuran. Jika sedekah disampaikan di depan, sebagai inisiatif, akan “mengundang” kekuasaan Allah, yang berjanji melipatgandakan “pengganti” sedekah sampai 700 kali. Simak surah Al-Baqarah ayat 261, “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah itu, (sedekah-Nya) serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, setiap bulir (terdapat) seratus biji. Allah melipatgandakan pahala bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mahaluas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” Yakin bahwa Allah tak mungkin ingkar janji, seorang sufi menjadi sangat dermawan. Dan justru karena sangat dermawan itulah ia tak pernah kekurangan, bahkan sahabatnya semakin bertambah dan ia semakin dicintai orang. Ada pula ulama yang, karena sedang sangat membutuhkan dana, malah memperbanyak bersedekah. Dan hasilnya, Allah melipatgandakan pengganti sedekah yang telah ia keluarkan. Bagi seorang mukmin, hidup di dunia merupakan kesempatan yang baik untuk bersedekah, sebagai upaya untuk membangun solidaritas antarmanusia. Sebuah prinsip yang kelihatannya sangat sederhana dan “aneh”: mumpung masih hidup, kita harus bersedekah. Lho, mengapa? Sebab, firman Allah, di hari kiamat kelak tak seorang pun yang bersedia menerima sedekah lagi. Sebab, semua orang terlalu sibuk degan urusan masing-masing. Apa sebenarnya keutamaan sedekah? Menurut Rasulullah SAW, ada empat keutamaan. Pertama, sedekah justru mengundang rezeki. Semakin banyak bersedekah, semakin banyak rezeki melimpah. “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, dan bertambah”, sabda Rasulullah. Kedua, sedekah bisa menyembuhkan penyakit. Karena sedekah dapat membersihkan hati dan pikiran, dampaknya secara psikologis dapat pula membantu penyembuhan, berkat ridha Allah SWT. Selain itu, Allah menjanjikan melipatgandakan ganjaran sedekah hingga 700 kali lipat. Dengan bersedekah Rp.100.000,- misalnya, bukan tak mungkin akan kembali Rp.70.000.000. Dan dengan uang itulah si sakit membiayi proses penyembuhannya. Ketiga, sedekah dapat menolak bala, menahan musibah, menghilangkan kesulitan. Sabda Rasulullah, “Jika seseorang ingin dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, ditolong atas semua permasalahannya, dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita, lebih bermasalah. Dan bersedekah merupakan upaya terbaik untuk membantu orang lain.” Sabda Rasulullah SAW lagi, “Bersegeralah bersedekah. Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.” Keempat, sedekah dapat memanjangkan umur. Dengan bersedekah, kehidupan kita akan dipenuhi kebajikan. Selalu tumbuh kepuasan batin dan merasa lebih berbahagia, karena dapat membantu orang lain, dan semakin dicintai para sahabat. Dengan kebajikan, hidup menjadi lebih berkualitas. Menurut Imam Ghazali, jika orang sudah benar-benar menyadari akan jadi dirinya, tahu perannya sebagai makhluk sosial, dialah muslim yang baik. Dan muslim yang baik ialah mereka yang gemar bersedekah. Cukup banyak kisah tentag muslim yang baik, yang gemar bersedekah, yang kemudian hidupnya berubah. Misalnya, yang dikisahkan oleh Ustad Yusuf Mansur, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Wisata Hati di Bulak Santri, Ciledug, Tangerang. Alkisah, pada 2003, seorang pedagang bubur ayam di semarang, Jawa Tengah, ingin sekali memberangkatkan ibunya pergi menunaikan ibadah haji. Demi mewujudkan niat tersebut, ia membuka rekening khusus untuk tabungan haji. Tapi, setelah dua tahun menabung, uang yang terkumpul baru mencapai Rp.5 juta, padahal tarif ONH waktu itu sekitar Rp.25 juta. Karena memang berniat baik, dan gemar membagikan bubur ayam kepada fakir miskin, Allah berkehendak menolongnya. Tak lama kemudian, tak disangka-sangka, ia memenangkan program undian berhadiah mobil mewah seharga hampir Rp.500 juta di Bank Mandiri tempat ia menabung. Karena tak sanggup membayar pajak, mobil itu ia jual kepada seorang hartawan. Ajaib, mobil tersebut di beli dengan harga setengah miliar rupiah. Berarti Allah melipatgandakan tabungannya hingga 100 kali lipat. Walhasil, bukan hanya sang ibu tercinta yang pergi haji, si tukang bubur beserta istrinya pun berziarah ke Tanah Suci. Dan pulangnya menjadi tukang bubur yang kaya raya. Kisah berikut mengenai seorang pedagang yang punya utang Rp.30 juta. Suatu hari ia dianjurkan oleh seorang ustad untuk bersedekah, padahal ia tak punya apa-apa lagi. Sang ustadz malah menganjurkan menjual satu-satunya harta yang masih dimilikinya, sebuah motor vespa, dan uangnya disedekahkan. Si pedagang menuruti nasihat itu. Baru saja berniat hendak menjual vespa, abangnya di swiss mengirim SMS, mengabarkan baru saja mentransfer uang Rp.30 juta. Seorang insinyur punya utang Rp.2 milliar. Ia bingung. Suatu hari ia menemui seorang ustadz, dan ia dianjurkan untuk bersedekah. Padahal, ia sudah tidak punya apa-apa lagi. Namun ustadz itu melihat, ia masih punya sebuah arloji yang bisa dijual dan uangnya disedekahkan. Insinyur itu pun menurut, menyedekahkan satu-satunya arloji yang ia beli di Singapura senilai $S 3.000 (27 juta) itu dengan ikhlas. Tiga hari kemudian, ia mendapat proyek pembangunan senilai Rp. 5 miliar dan dibayar kontan di muka. Padahal, pembayaran lazimnya dilakukan setelah proyek selesai. Akhirnya, ia bisa melunasi utangnya yang Rp.2 milliar, dan menyedekahkan lagi uang sebanyak 1 miliar. Kisah seorang sopir di bawah ini juga menarik. Ia tidak bisa membiayai hidup keluarganya hanya dengan gaji Rp.800.000. Maklum, ia harus menanggung satu istri dan lima anak. Suatu hari ia menceritakan kesulitan hidupnya kepada seorang ustadz. Sang ustadz balik bertanya, “Bapak sudah bersyukur belum?” Sopir itu menjawab sudah bersyukur, karena masih bisa bekerja. “Sebenarnya saya tidak ingin mengeluh, tapi kebutuhan saya tidak tercukupi, apalagi anak-anak bertambah besar”, katanya. Menanggapi keluhan itu, sang ustadz menjelaskan, jika rasa syukur tidak diwujudkan dengan berbagi, bersedekah, belum menghasilkan perubahan. Karena itu ia menyarankan agar pak sopir bersedekah. Mendengar penjelasan tersebut si sopir berkata, “Bagaimana mungkin bersedekah, uang yang ada saja masih kurang.” Dengan tenang ustadz itu menjawab, “Lebih baik Bapak coba dulu, keluarkanlah sedekah. Inya Allah, Allah SWT akan mencukupi kebutuhan Bapak.” Tak lama kemudian sopir itu menyedekahkan Rp.100 ribu. Seminggu kemudian, ia diajak majikannya ke luar kota untuk urusan bisnis. Ternyata bisnis majikannya sukses, dan sopir itu mendapat bagian Rp.1 juta. Masih ada kisah mengenai keberkahan sedekah yang dialami seseorang marbot masjid. Ketika ia sedang asyik membersihkan masjid, tiba-tiba datang seorang ibu minta uang Rp.10 ribu untuk ongkos pulang. Si marbot punya Rp.15 ribu, dan langsung menyerahkannya kepada ibu yang sangat membutuhkan itu. Seminggu kemudian, ia mendapatkan sumbangan uang dari para jamaah, khusus untuk si marbot. Setelah dihitung, jumlahnya mencapai Rp.1.5 juta. Sekitar tahun 1980, seorang pedagang gorengan di jakarta, selama tiga hari melihat seorang bocah laki-laki lusuh berlalu-lalang dengan wajah sedih di depan gerobak dagangannya. Dia tahu, anak itu menginginkan sepotong-dua potong gorengannya secara gratis. Karena tidak berani minta, ia hanya memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan. Pada hari keempat, pedagang gorengan itu menyisakan sepotong buntut singkong goreng yang biasanya tidak dijual. Dipanggilnya bocah itu sambil mengacung-acungkan sepotong singkong kecil itu. Tak menunggu lama, si bocah lansung berlari menyambar singkong itu seraya berucap, “Terima kasih, bang.” Matanya berbinar, tapi senyumnya terkembang. Dua puluh empat tahun kemudian, tukang gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama. Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan gerobaknya yang diparkir di tengah perkampungan kumuh. Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan wah, menghampiri pedagang gorengan itu. Ketika berhadapan, si pedagang gorengan seperti tak peduli. Tapi ia bingung ketika si pemuda perlente itu mendadak berucap, “Bang, ada buntut singkong?” “Kagak ada, Mas! Buntut singkong mah dibuang. Kenapa kagak beli yang lain aja? Noh, ada pisang sama singkong goreng”, ujar si pedagang gorengan itu. “Saya kangen ama buntut singkongnya, Bang. Dulu, Abang kan pernah ngasih saya buntut singkong goreng,” jawab pemuda itu, tersenyum “Dulu, ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Temen-temen mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari saya berlalu-lalang di depan gerobak Abang ini, sampai Abang memanggil saya memberi sepotong buntut singkong goreng yang langsung saya sambar,” tuturnya. Si pedagang gorengan terperangah. Dia tidak mengira sepotong buntut singkong, yang biasanya dibuang, bisa membuat pemuda itu mendatanginya dengan keadaan yang benar-benar berbeda. Si pedagang akhirnya ingat pada wajah yang pernah dikenalnya 24 tahun silam. “Yang saya beri dulu kan cuma buntut singkong. Kenapa kamu masih ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran. “Abang tidak sekadar memberi saya buntut singkong, tapi juga kebahagiaan,” papar si pemuda itu, lalu bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu dia langsung memamerkannya kepada teman-temannya, ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia sehingga ia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu. “Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang berhaji. Semoga Abang bahagia”, ujar si pemuda. Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah membahagiakan seorang anak yatim. Maka Allah pun membalas amal shalihnya itu, sebab ayahanda semua anak yatim adalah Rasulullah SAW. Ada lagi kisah seorang pasien yang menurut dokter sudah tak punya harapan hidup lagi. Menyadari nasib buruknya itu, si pasien berusaha membuat sisa umurnya yang tinggal sedikit untuk beramal shalih. Ia mengumpulkan delapan bayi yatim yang masih merah, merawatnya dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang. Ketika saat-saat terakhirnya (menurut perkiraan dokter) sudah tiba, anehnya ia justru lebih sehat. Bahkan sampai kini ia masih hidup. Malah, antara lain, ia menjadi ketua grup senam beranggotakan 2.000 orang. Bayi-bayi yang dirawatnya pun sudah dewasa, bahkan sudah ada yang menikah. Allahu akbar! Percaya atau tidak, sedekah ternyata juga dapat mempermudah seseorang mendapatkan jodoh. Ini kisah tentang seorang wanita berusia 30-an tahun yang sulit mendapat jodoh, tapi tiba-tiba dilamar empat pria. Sebagai muslimah yang baik, ia berserah diri kepada Allah SWT, dan satu-satunya tempat curhat adalah kakeknya. Sang kakek pun menyarankan agar ia rajin bersedekah. Ia lalu datang ke sebuah masjid yang sedang dalam tahap pembangunan, minta perincian harga empat macam bahan material yang sedang dibutuhkan oleh panitia pembangunan. Maka ia pun menyerahkan uang sejumlah harga untuk membeli bahan material yang dibutuhkan. Beberapa waktu setelah itu, datanglah seorang duda berniat mempersuntingnya, tapi ayahnya tidak setuju. Di hari yang lain bertandanglah seorang pemasok berbagai jenis barang, juga berniat untuk melamarnya, tapi kali ini ibunya tidak setuju. Tak lama kemudian, datanglah seorang pria ingin mempersuntingnya, tetapi keburu pria itu dijodohkan dengan sepupunya, hingga urunglah niatnya untuk melamar si wanita idaman. Di lain waktu, ia diperkenalkan dengan seorang pemuda dalam sebuah acara di masjid. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka semakin dekat, dan si pemuda pun bermaksud melamarnya. Agar hati lebih mantap, wanita itu menunaikan shalat Istikharah, mohon petunjuk kepada Allah SWT. Kemudian ia bermimpi melihat matahari terbit, dan ternyata pemuda itulah jodohnya. Lihatlah isyarat yang semula tak tampak tapi belakangan kelihatan jelas, empat macam sumbangan untuk pembangunan masjid agaknya isyarat empat pria yang datang melamar. Namun, sang wanita tetap menyerahkan pilihannya kepada Allah, Sang Pemberi Jodoh. Dan mimpi tentang matahari terbit itu ternyata jadi kenyataan: calon suami wanita itu bernama Syamsul Falah, si matahari kemenangan. Jangan heran jika sedekah juga mampu mengembalikan suami yang hilang. Suatu hari, seorang ibu menerima kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan, dan ia harus membayar biaya perawatan sampai puluhan juta rupiah. Padahal ia tak punya harta yang nilainya sebanyak itu.Tapi, ketika ia menjenguk ke rumah sakit, ternyata suaminya raib. Setahun sudah suaminya hilang. Suatu hari ibu tersebut mengadukan halnya kepada seorang ustadz, yang menyarankannya untuk bersedekah. Tapi, si ibu bilang tak punya harta apa-apa, dan untuk makan saja sulit.Tiba-tiba, ustadz itu melihat sebentuk cincin yang melingkar di jari manisnya. “Cincin itu juga bisa disedekahkan”, ujar ustadz itu. “Tidak mungkin. Ini satu-satunya benda peninggalan suami saya,” katanya. “Lho, justru itu. Nilai sedekah akan sangat tinggi bila yang disedekahkan adalah benda yang sangat dicintai,” kata ustadz itu lagi. Akhirnya, ia menjual cincin tersebut dan menyedekahkannya ke sebuah yayasan yatim piatu. Setelah itu, dengan langkah ringan ia pun pulang. Dari kejauhan rumahnya tampak sepi. Biasanya setiap sore anak-anaknya bermain di halaman. Ketika ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam seperti kebiasaannya, mendadak ia terperanjat. Begitu pintu terbuka, yang tampak adalah wajah suaminya. Orang yang selama setahun hilang, tiba-tiba kembali pulang, entah dari mana, Sub-hanallah! Bahwa sedekah bisa menolak mara bahaya, ikuti kisah-kisah ini. Suatu pagi, seorang ustads di Tangerang bersedekah kepada rekannya sesama ustadz. Menjelang sore, ustadz itu pergi ke Gunung Putri, Bogor, hendak mengajar. Di jalan tol, tiba-tiba mobilnya bertabrakan dengan mobil lain, tapi alhamdulillah ia selamat. Sang ustadz tidak heran, karena itu pasti kehendak Allah. Ia berkata dalam hati, “Mungkin karena tadi pagi saya sudah bersedekah.” Seorang ibu selamat dari bencana tsunami di Aceh beberapa waktu lalu. Sebelum bencana, dia dan seluruh warga bergotong royong membangun masjid yang belum beratap, berpintu, dan berjendela. Ketika bencana tiba, seluruh warga selamat karena berlindung di dalam masjid yang mereka bangun. Banyak hikmah berharga yang bisa dipetik dari kisah-kisah di muka. Kata Ustadz Yusuf Mansur, “Kalau mau rezeki dicukupkan oleh Allah, kita harus mau berbagi. Dengan jalan bersedekah. Siapa yang membutuhkan pertolongan dan kemudahan dari Allah, berbagi menjadi sebuah keharusan. Sebab, Allah akan membantu hamba-Nya jika ia mau membantu orang lain.” Apalagi Allah juga berjanji akan mengabulkan permintaan yang keluar dari mulut orang yang tangannya rajin memberi. Sang Maha Pemurah selalu punya cara untuk melimpahkan rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Berkah sedekah hanya bisa dirasakan oleh orang yang bersedekah. Tapi, ia juga harus ikhlas. Akibat yang baik selalu berawal dari perbuatan baik. Jika kita mengabaikannya, boleh jadi harta karunia Allah itu akan ditarik kembali. Kalau tidak ditarik kembali, bisa jadi pemiliknya akan kehilangan rasa menikmati. Memiliki harta berlimpah, tapi tergolek tak berdaya di tempat tidur, terkena stroke, hingga kaki dan tangan lumpuh, apa gunanya. Atau terkena penyakit gula, asam urat, kolesterol. “Karena itu, janganlah kikir dalam bersedekah. Kekayaan yang ditimbun hanya akan menjadi beban di hari kiamat. Allah sudah memperingatkan, kekayaan yang ditimbun dengan sikap kikir akan dikalungkan di leher pemiliknya”, ujar Ustadz Yusuf Mansur lagi. Ia kemudian mengutip sebuah hadist qudsi, “Barang siapa berniat sedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari gerakan sedekahnya.”

HIKMAH SHODAQOH

Hikmah Sedekah Ternyata sedekah itu tidak mengenal salah sasaran meskipun diberikan kepada pencuri, orang kaya dan pelacur. Di riwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa seseorang yang bersedekah dan ingin mendapatkan pahala Sedekah secara sembunyi – sembunyi “shadaqah sirr” , tidak di ketahui orang lain, ia pun mengumpulkan uang, lalu malam – malam ia menutup wajahnya dengan kain dia mencari orang yang berhak. Lalu ia lihat ada seorang yang termenung di malam hari, diam saja, duduk saja, tidak bicara, tidak apa duduk saja di pinggir jalan, “ini orang yang tidak mampu, tengah malam masih belum tidur, masih duduk di sini” maka di lemparkannya uang itu pada orang itu dan ia pun pergi melarikan diri supaya orangnya tidak tau dia yang memberi, maka keesokan harinya dia sudah gembira, sudah sedekah dengan sedekah sembunyi – sembunyi, esok harinya dapat kabar gempar kampung karena seorang pencuri dapat harta di beri orang yang tidak di kenal, dia berkata : Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku mau sedekah sembunyi – sembunyi, ternyata yang ku beri pencuri, pencuri sedang menunggu kesempatan untuk mencuri, menanti waktu untuk mencuri, di kira dia seorang Fuqara padahal ia pencuri, ia berkata “berarti aku tidak akan berhenti, aku akan lanjut lagi” Ia pun mengumpulkan uang lagi, sudah terkumpul ia keluar lagi di malam hari.Lantas ia melihat seorang tua renta, yang berjalan tertatih – tatih dengan tongkatnya, pelan – pelan jalannya tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang mendampinginya, “ini pasti orang susah” dia lemparkan uang itu dalam sebuah kantong kepada orang tua itu dan dia pun lari pergi, keesokan harinya gempar orang terkaya di kampung itu, yang paling kikir dapat sedekah sembunyi – sembunyi semalam, maka ia pun berkata : Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku jadi memberi orang yang paling kaya, yang paling kikir, tidak berguna sedekahku, yang pertama di berikan pada pencuri yang ke dua ternyata salah beri juga, di berikan kepada orang yang kaya dan paling kikir. Lantas dia tidak kapok, tapi ketiga kalinya dia berbuat dia mencari wanita saja, dia lihat “nah ini wanita sedang duduk” maka di berikan padanya harta itu dan keesokan harinya, gempar lagi kampung itu, seorang pelacur mendapatkan sedekah yang sembunyi – sembunyi, ia katakan “Yaa Rabb cukup 3 kali” Wahai Allah sudah cukup ini, pencuri yang kuberi, yang kedua orang kaya paling kikir yang ketiga pelacur, sudah aku tidak mau bersedekah lagi. Maka Allah subhanahu wata’ala tunjukan beberapa tahun kemudian, bahwa Allah subhanahu wata’ala membukakan kemuliaan dari uang halal yang ia berikan itu jauh lebih dari pada maksud yang dia kehendaki, ia inginkan beri kepada orang Fuqara tapi Allah sampaikan uang Nya pada pencuri, pencuri biasa makan uang haram apakah ia terus mencuri, malam itu pencuri itu dapat uang halal dari orang yang sedekah sembunyi – sembunyi, harta yang haram itu mempengaruhi tubuh kita, harta yang halal juga mempengaruhi, kalau harta yang halal mempengaruhi kita untuk ingin beribadah, maka pencuri itu mendapatkan itu dia bersyukur. “Subhanallah, aku selama ini terus menerus mencuri sekarang Allah beri” ia pun Taubat, tidak lama orang ini yang penyedekah pertama setelah sekian tahun dia dengar kabar ada seorang wali Allah yang wafat maka ia mendatangi jenazahnya, “ini kalau tidak salah ini yang dulu ku beri, dulu pencuri” dia bertanya “ini orang asal muasalnya dimana” “dulu dia pencuri , gara – gara ia dapat uang di tengah malam, di beri oleh seorang penyedekah yang tidak ia kenal dia Taubat sampai dia menjadi Wali Allah subhanahu wata’ala”, dia berkata “Subhanallah” Allah disampaikan derajatnya menjadi Wali Allah dari harta orang ini karena sedekahnya sembunyi – sembunyi dan ikhlas niatnya walaupun nyampainya kepada pencuri. Yang kedua maka dia pun berkata, “Wahai Allah, selesai janjiku dari yang pertama yaitu pencuri lalu bagaimana dengan orang tua yang kikir” orang tua yang kikir itu tidak berapa lama ia membangun suatu rumah untuk Sedekah untuk yatim dan anak – anak miskin dan Fuqara, Kenapa ? karena ia jadi Taubat Ia ingat “aku ini orang kaya disedekahi orang, karna apa ? karena aku kikir” akhirnya ia pun bertaubat kepada Allah, ia bangun rumah Sedekah ia wakafkan, pahalanya orang ini dapat pada penyedekah pertama, demikian Dahsyatnya rahasia kemuliannya, dan ia pun berkata: “Allah aku memahami yang ke dua, lalu bagaimana dengan yang ketiga” Tidak ada jawaban, sudah hampir 30 tahun, lalu ia mendengar dua orang ulama, adik kakak, dua – duanya ulama yang Shaleh, dua – duanya pemuda, maka ia berkata “aduh aku ingin kenal dengan dua pemuda ini” sulit di jumpai, di ikuti muridnya, untuk berjumpa sulit, hebat sekali ini adik kakak ini, dua – duanya ulama, dua – duanya Shaleh, dua – duanya berhasil dan sukses, maka ia Tanya “ini asal muasalnya anak ini ulama ini dari mana ? dua pemuda ini” “ini dulu ibunya pelacur tapi gara – gara di beri sedekah oleh seorang yang sedekah sembunyi – sembunyi, Taubat lantas kemudian dia pakai uang itu untuk menyekolahkan dua anaknya ini untuk menjadi ulama, sampai menjadi ulama besar” Maka orang ini sujud kepada Allah, Rabbiy Kau tidak kecewakan hamba – hamba Mu, demikian kasih sayang Ilahi subhanahu wata’ala, ribuan orang yang bertaubat dari kedua anak itu mendapatkan pahalanya kepada si pemberi yang pertama, walaupun awalnya terlihat buruk namun akhirnya Allah buat sedemikian indah.

MUNASABAH AWAL TAHUN HIJRIYAH 1435 H

Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI, Pengasuh Pesantren Daarun Najaah Semarang). Setiap memasuki tahun baru Islam (bulan Muharram) sudah menjadi tradisi bagi kaum muslim untuk melakukan do’a yang disebut do’a awal dan akhir tahun. Do’a tersebut dengan harapan untuk revitalisasi kadar keimanan dan agar dosa-dosa yang pernah dilakukan selama satu tahun yang lalu dapat lebur dan membuka lembaran tahun baru dengan aktifitas yang lebih baik lagi. Namun bagi muslim Jawa, momentum tahun baru semacam ini ternyata tidak hanya digunakan untuk membaca do’a akhir dan awal tahun saja, tapi banyak melakukan tirakatan-tirakatan atau lakon-lakon (merujuk klasifikasi Clifford Geertz bahwa di masyarakat Jawa terklasifikasi menjadi kaum Santri, Priyayi dan Abangan). Misalnya lakon ngumbah keris (perilaku mencuci keris), lakon ngumbah pusaka (mencuci pusaka), lakon ngumbah aqiq (mencuci batu permata) , lakon topo (bertapa / bersemedi), lakon kungkum (meredam di dalam air), memulai tirakat poso dalail (puasa satu tahun penuh kecuali hari raya dan hari tasyrik), lakon membuat rajah (sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan) dan masih banyak lagi lakon-lakon atau tirakatan-tirakatan yang lain. Termasuk tradisi membuat Bubur Suro oleh masyarakat jawa atau upacara tobat (Minangkabau : tabuik). Ini semua karena adanya yakin – conviction - bahwa momentum bulan Syuro ( sebutan bulan pertama dalam kalender hijriyyah - bulan Muharram - menurut orang Jawa ) dapat mendatangkan “berkah”, dapat mendatangkan “kasekten/Kadigjayaan” (kekuatan). Sehingga tidak berlebihan manakala banyak orang yang menunggu kehadirannya terutama oleh mereka pengamal tirakatan atau lakon-lakon tersebut. Oleh karena itu, dengan datangnya tahun baru hijriyyah (1435 H) yang berarti memasuki tahun baru Hijriyah (disebut bulan Syuro menurut orang Jawa), kiranya sangatlah tepat manakala dijadikan sebagai momentum tirakatan bagi bangsa kita dengan melakukan muhasabah kadar keimanan kita. Dengan intropeksi: sudah baikkah kadar keimanan kita selama ini kepada Allah? Apakah kita masih berbuat dlalim yang dapat mengurangi kadar keimanan kita? Mengingat sampai sekarang begitu banyak musibah-musibah yang masih melanda bangsa kita ini. Karena sebagaimana pesan Allah yang terkait dengan cerita kaum Saba yang semestinya diberi Allah berkah yang banyak, namun karena mereka berpaling ( tidak takwa – yang berarti melakukan kedhaliman ) maka Allah memberikan musibah (surat Saba’ 15-16). Pesan ini selaras dengan pernyataan Alexis Careel bahwa jika pengabdian kepada Allah disingkirkan dari tengah kehidupan masyarakat, maka hal itu berarti menandatangani kontrak kehancuran sendiri. Asal Usul Syura Syuro merupakan nama bulan pertama dalam kalender Jawa yang sekarang berprinsip Asapon tidak Aboge lagi. Kalender Jawa tersebut (yang disebut juga kalender Soko) asal muasalnya merupakan kalender Jawa Hindu yang berdasarkan pada peredaran matahari (kalender Syamsiyah). Namun sejak 1043 H / 1633 M ketepatan tahun 1555 tahun Soko, oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma diassimilasikan berdasarkan peredaran bulan (menjadi kalender Qomariyah). Selanjutnya menjadi Kalender Jawa Islam. (Baca Alfred A Knopt, h. 282-284). Sehinga muncul impression identifikasi dalam kalender Islam murni ( kalender hijriyyah ) Istilah bulan Syuro dalam kalender Jawa (bulan Muharam dalam istilah kalender Hijriyah) kalau dilacak itupun berasal dari istilah Islam. Bahkan berasal dari penggalan sabda nabi “Asyura Yaumul Asyir”. Istilah Asyuro adalah hari kesepuluh dari bulan Muharam. Di mana pada tanggal 10 Muharam tersebut terdapat banyak mitos yang terkait banyak dengan kemukjizatan para nabi. Dalam hadits lain juga disabdakan “Asyuro adalah hari raya kemenangan para nabi sebelum kamu semua”. Menurut Hasan al-Fayumy dalam Nazhat al-Majalis, istilah syuro berasal dari kata “’Asya Nurran” (Hidup Dalam Cahaya Allah). Inipun berpijak pada banyaknya mitos para nabi yang terjadi pada tanggal 10 Muharram. Sehingga istilah Syuro pada dasarnya merupakan penamaan yang berpijak pada momentum tanggal 10 Muharaam yang penuh dengan mitos-mitos religius. Mitos religius yang muncul pada tanggal 10 Muharam tersebut menurut al-Shohib al-Jawahir al-Makiyyah, di antaranya : peristiwa pertama kali Allah menciptakan manusia yakni nabi Adam sekaligus memerintahkannya untuk menetap di Surga. Ada peristiwa penciptaan bumi dan alam seisinya. Ada peristiwa mendaratnya kapal nabi Nuh di gunung al-Judy setelah peristiwa banjir bandang yang menenggelamkan dunia. Ada peristiwa penyelamatan nabi Ibrahim oleh Allah dari kobaran api. Ada peristiwa penyelamatan nabi Yunus keluar dari perut ikan besar setelah beberpa hari ada di dalamnya. Ada peristiwa penyelamatan nabi Ayub dari penyakit kulit yang sangat parah yang menimpanya semenjak lahir. Ada peristiwa keluarnya nabi Yusuf dari sumur setelah beliau dimasukkan oleh saudara-saudaranya karena iri dengki dengannya. Ada peristiwa penyembuhan mata nabi Ya’kub. Ada peristiwa pertolongan Allah kepada nabi Musa dengan memiyak (membongkar) lautan untuk keselamatan nabi Musa dan kaumnya dan menenggelamkan raja Fir’aun serta pasukannya. Sehingga tidaklah berlebihan manakala muncul banyak hadis nabi yang menganjurkan untuk menggunakan momentum tersebut untuk berpuasa. Di antaranya hadits : “ Asyuro’u ‘Idu nabiyyin qablakum fa shumuuhu antum”. Ada hadits: "Barang siapa puasa pada hari Asyura maka Allah mencatatnya sebagai ibadah haji seribu kali, umroh seribu kali, diberi pahala bagai seribu orang mati syahid, dan masih banyak lagi”. Intinya berisi anjuran untuk berpuasa pada bulan Muharram terutama pada tanggal sepuluh (Asyuro). Dari mitos-mitos inilah kiranya, muncul bulan Muharam yang dikenal dengan bulan Syuro dianggap “keramat” dan membawa “berkah”, sehingga digunakan untuk memulai tirakatan atau lakon-lakon sebagaimana tersebut di atas baik oleh kaum santri maupun kaum muslim Jawa (Kejawen). Berkah Syura Merujuk pada banyak mitos syura tersebut, kiranya tidaklah berlebihan manakala di awal tahun baru Hijriyyah (1435 H sekarang ini) kita jadikan momentum muhasabah dengan melakukan tirakatan-tirakatan untuk mendapatkan berkah syuronya. Apa yang perlu kita muhasabahi atau kita intropeksi?Jika kita merujuk pada pesan cerita kaum Saba yang selaras dengan pernyataan Alexis Carrel, kiranya muhasabah kadar keimanan kita kiranya yang perlu kita dahulukan. Sehingga dengan prinsip “memulailah dari diri kita sendiri” kiranya perlu kita pertanyakan pada diri kita : Sudah tidak dlalimkah kita kepada Allah ? Sudah tidak dlalimkah kita pada diri sendiri ? Sudah tidak dlalimkah kita pada sesama kita ? Sudah tidak dlalimkah kita pada lingkungan sekitar kita ? Mengapa demikian, karena merujuk pada beberapa pengertian kedlaliman dalam Al-Qur’an ternyata memang itulah bentuk-bentuk kedlaliman. Dan kedlaliman itulah yang menghancurkan kebahagian kita sendiri, sebagaimana pesan Allah dalam surat al-Hijr:78-79 bahwa kehancuran penduduk Aikah karena kedlalimanya sendiri. Marilah momentum tahun baru Hijriyah sekarang ini kita jadikan momentum muhasabah kita untuk meningkatkan kadar keimanan kita yang tidak bias dalam kedlaliman. Hal ini selaras dengan tema Nasional Peringatan Tahun Baru Islam yang diusung oleh Kementerian Agama yakni Tahun Baru Hijriyah sebagai Evaluasi dan Semangat Melakukan Perubahan Diri. Semoga momentum tahun baru Hijriyah 1435 H ini dapat benar-benar membawa berkah bagi kita semua. Amin.

MENGATASI KOMPUTER LAMBAT

Kenali Penyebab Komputer Menjadi Lambat Submitted by Bunk Zeed on Dec 17, 2012 – 18:5810 Comments | 11,477 views Komputer lambat, sering hang, tiba tiba mati, dan sebagainya memang sangat meresahkan ketika kita sedang megoperasikan sebuah komputer untuk beraktivitas. Terkadang kita tidak mengetahui apa penyebabnya, dan cenderung membiarkannya begitu saja. Pada artikel kali ini saya akan membahas mengenai penyebab komputer menjadi lambat dan sering terjadi eror. Komputer Lambat Penyebab Komputer Menjadi Lambat: 1. Terlalu banyak program atau software yang terinstal di Komputer Anda. Tanpa Anda sadari banyaknya program yang terinstal pada komputer Anda akan menurunkan kinerja komputer Anda, hal ini biasanya disebabkan karena kurangnya kapasitas penyimpanan pada komputer untuk berbagai macam program yang telah Anda instal di komputer Anda. 2. Penyebab yang kedua adalah adanya virus, spyware, dan juga malware yang terdapat pada komputer Anda. Ketika komputer kita terserang oleh virus atau malware atau spyware akan membawa dampak yang buruk pada sistem pertahanan windows Anda. Jika Anda biarkan virus itu akan merajalela dan menyebar di sistem operasi Anda. 3. Sistem File ada yang hilang atau Corrupt. Pada point ini biasanya sering terjadi ketika komputer Anda sudah terjangkit virus dan menyebar. Karena ketika Anda membersihkan virus yang ada di komputer Anda dengan antivirus file yang terdetect virus secara tidak sengaja akan terhapus oleh antivirus tersebut. 4. Kapasitas RAM (Random Access Memory) kurang. Kapasitas RAM pada umumnya sangat mempengaruhi cepat lambatnya suatu komputer, karena RAM merupakan media penyimpanan utama pada saat komputer sedang aktif. Ketika program yang Anda instal di komputer melebihi kapasitas RAM maka bisa dipsatikan komputer Anda akan mengalami penurunan performa atau lambat. Komputer Lambat 5. Hardisk yang tidak Mumpuni. Hardisk yang merupakan media penyimpanan setelah RAM, juga sangat berpengaruh akan kinerja komputer Anda. Ketika hardisk Anda mengalami low space, error, terfragmentasi, dan sebagainya akan membuat performa komputer Anda menurun. 6. Komponen yang terdapat dalam CPU mengalami Overheat. Keadaan ini sering terjadi apabila Anda jarang mengecek dan membersihkan hardware Anda yang meliputi Hardisk, VGA Card, Prosesor, Power Supply, dan lain lain. Penyebab lambatnya komputer juga bisa terjadi karena debu atau kotoran yang menempel pada komponen Anda, sehingga mengakibatkan hardware Anda overheat. 7. Security Program terlalu banyak pada komputer Anda. Program antivirus, firewall, dan lain lain merupakan salah satu security program, memang komputer sangat memerlukan program seperti ini. Akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari untuk mengisntal program antivirus dan firewall lebih dari 2 atau 3 program. Hal ini akan menyebabkan respon yang lambat pada sistem pertahanan komputer Anda karena mereka akan berjalan secara bersamaan. Dengan adanya sedikit pengetahuan mengenai penyebab komputer lambat di atas semoga dapat menambah wawasan Anda dalam dunia teknologi khususnya di bidang komputer.

Album Kunjungan Industri